Maudi, 24 tahun, baru saja datang ke Jakarta dari desanya di Nganjuk, Jawa Timur untuk interview kerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Sebelumnya, Maudi diberi wejangan oleh temannya, Risa yang sudah berpengalaman menjadi sekretaris,”Nanti pas interview, udah tahu harus gimana? apa yang disuruh sama bos kamu lakukan. Jangan bertanya walau kamu enggak paham.” Maudi yang masih lugu mengangguk dan menyanggupi.
Di saat interview, Maudi kembali teringat kata-kata Risa.
Interviewer: Oke, nama kamu siapa?
Maudi: Maudi, pak
Interviewer: Nama lengkapnya?
Maudi: Maudi tampar, pak. Anak pertama dari pak Herman Tampar (menjawab sambil malu-malu jerapah).
Interviewer: Oke, ayo coba dibuka semua. Saya coba ambil formulir interviewnya dulu.
Sembari interviewer mencari data-data yang penting di laci belakangnya, Maudi membuka tasnya dan mengeluarkan semua isinya ke atas meja.
Sekilas, meja kantor tersebut malah berubah mirip lapak pedagang kaki lima di pinggir jalan.
Interviewer: Astaga, maksud saya buka semua berkasnya. Bukan buka semua isi tas kamu terus keluarin disini, bakal diapain? emang kamu pikir saya pedagang kaki lima?!
Maudi : Emang bukan pak?
Interviewer: @#%$#@##!!!!!!!!!!
Itulah cerita Maudi seorang pengangguran yang penuh semangat untuk menjalani tes masuk kerja di kota.