Mukidi melihat mbah Kartinem sedang kebingungan di kantor pos.
Mukidi: “Bisa saya bantu nek?”
Nenek: “Tolong pasangin apa namanya itu…..oh perangko! sama tulis alamatnya nak.”
Mukidi: “Ada lagi nek?”
Nenek: “Bisa bantuin tulis isi suratnya sekalian?”
Mukidi: (Mengangguk).
(Si mbah lalu mendiktekan surat sampai selesai).
Mukidi: “Cukup nek?”
Nenek: “Satu lagi nak. Tolong di bawah ditulis, maaf tulisan nenek jelek.
Hahaha hadoh kasian juga ya cerita Mukidi ini. Niatnya sih mau baik nolongin nenek yang lagi kesulitan namun apa dia sikap heroik bak Tin-tin ini harus diakhiri dengan rasa men-dongkol yang amat sangat.
Cerita Mukidi ini persis kayak peribahasa yang sering kamu temuin di buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia kamu “Air susu dibalas dengan air tajin”!, sadis kan?! Tapi berhubung Mukidi, ya enggak apa-apa deh.
“Rasain sekarang lo Mukidi, sudah kutaruh racun di minumanmu, wuahahaaha! *mata mendelik sambil ketawa ngikik kayak kuntilanak* (Lo kok malah jadi horor?!).
Well, anyway semoga cerita di atas enggak bikin kamu jadi batal ngelakuin perbuatan baik ya, it’s just for fun kok. Tetap berbuat baik kapanpun dan dimanapun karena orang baik disayang Tuhan dan disayang Mukidi (Eergh).